Saling Berbagi Ilmu

  • BERANDA
  • HALAMAN 1
  • HALAMAN 2
  • HALAMAN 3
  • HALAMAN 4
  • HALAMAN 5
  • HALAMAN 6

Minggu, 12 Januari 2020

Berbagai Kuliner Sate

1. Sate Madura

ragam sate di indonesia
Foto/@matthewgilank
Ini dia sate yang sangat populer di Indonesia. Seperti namanya, ini adalah kuliner khas Pulau Madura di Jawa Timur. Biasanya bahan dagingnya adalah daging ayam atau kambing dengan bumbu kecap manis dan gula jawa dicampur bawang putih, bawang goreng, kacang tanah goreng yang dihaluskan, petis, kemiri, dan garam. Itu untuk sate ayamnya.
Sementara untuk sate kambing dihidangkan dengan kecap manis ditambah irisan bawang merah dan cabai rawit.

2. Sate Padang

ragam sate di indonesia

Sate satu ini tentu saja khas Padang, Sumatera Barat. Biasanya terbuat dari jerohan sapi maupun kambing yang direbus dengan bumbu lalu dipanggang. Ciri utama kuliner ini adalah kuahnya yang kuning terbuat dari tepung beras dicampur kaldu daging dan jeroan, kunyi, jahe, bawang purih, lengkuas, bubuk kari, garam, dan ketumbar.

3. Sate Ambal

ragam sate di indonesia

Ini adalah satu asal Kebumen, Jawa Tengah. Sate Ambal terbuat dari daging ayam kampung. Uniknya, bumbu yang digunakan bukan bumbu kacang, tapi tempe tumbuk yang dicampur dengan cabai dan aneka bumbu lainnya.
Sebelum dibakar, daging ayam dibalur bumbu selama 2 jam sehingga rasnaya nikmat. Sate ini dimakan dengan ketupat.
Diposting oleh Barra Faisal di 22.29 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kuliner Nasi Goreng


Nasi goreng adalah salah satu dari sekian banyak kuliner sejuta umat di Indonesia. Hampir di setiap kota ada penjualnya. Resep kreatif hingga yang legendaris jadi andalan kedai-kedai ‘bersenjata’ wajan besar. Travelingyuk telah memilihkan beberapa nasi goreng khas Nusantara dari berbagai daerah. Mungkin salah satunya berasal dari kampung halamanmu.

1. Nasi Goreng Patai Padang

Nasgor Patai
Nasi Padang dan Rumah Makan Minang sudah seperti sebuah warisan yang melegenda. jati diri dan kebanggaan masyarakat bersuku dan berbudaya. Namun di tempat asalnya, nasi goreng juga menjadi hidangan istimewa. Salah satunya adalah  Patai Bofet Mi-Mien yang mulai berjualan sejak tahun 1973. Ada banyak pilihan menu yang menggoda. Langsung saja datang ke lokasinya di Jl. Thamrin No.Kel, Alang Laweh, Padang Selatan, Kota Padang.

2. Nasi Goreng Daus Banda Aceh

Nasi goreng Daus
Cita rasa kuliner Aceh sudah jadi buah bibir dan primadona di Nusantara. Jika kamu punya kesempatan untuk berkunjung ke Banda Aceh, jangan lupa mencicipinya di JL. Panglima Polem, No. 87-89. Menu ini terkenal karena memiliki rasa yang tak berubah dari dulu. Bumbunya begitu mantap dan meresap rata.
Diposting oleh Barra Faisal di 22.25 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kaledo, Kuliner Nan Menggoda Khas Kota Palu

Kaledo, sup khas palu yang berbahan dasar kaki lembu Donggala. Rumah makan Kaledo yang terkenal adalah Kaledo Stereo di jalan Diponegoro, Palu. TEMPO/ Nita Dian

Hidangan Kaledo atau "kaki lembu Donggola", menjadi salah satu makanan yang harus dicoba ketika anda melancong ke Palu. Ini adalah kuliner khas di Sulawsi Tengah.
Salah satu tempat yang menyediakan kuliner ini adalah rumah makan "Kaledo Mutiara" di jalan Layana Indah Kecamatan Mantikolore, Palu. Anda tak perlu menunggu waktu lama untuk menikmati kaledo sejak kita memesannya.
Saat hidangan ada di meja kita, terpaparlah pemandangan "indah" itu. Kaki lembu rebus yang disiram kuah bening tersaji dalam mangkuk. Begitu diletakkan, seketika harum kaldu dari tulang lembu menyeruak ke indera penciuman. Sungguh sajian kuliner yang menggoda
 
Kaledo, sup khas palu yang berbahan dasar kaki lembu Donggala. Rumah makan Kaledo yang terkenal adalah Kaledo Stereo di jalan Diponegoro, Palu. TEMPO/ Nita Dian
Sepintas penampilan dan rasa hidangan tersebut mirip dengan sop sum-sum. Bedanya daging lembunya tidak dibumbui apa pun. Kuahnya lebih bening dan rasanya lebih sederhana.
Lalu ada sampuran bawang, garam dan jeruk nipis membuat kuahnya terasa segar dan nikmat. Jika anda merasa kurang asin atau asam, di atas meja tersedia garam dan potongan jeruk nipis. Tak lupa semangkuk cabai ikut melengkapi bagai melambai-lambai naluri pedas anda.
Ada satu lagi yang membuat masakan ini menjadi berbeda dengan sop sum-sum, yakni kaledo dinikmati dengan singkong rebus. Tak biasa, bukan? Singkong itu direbus hingga empuk tanpa bumbu apa pun.
Mungkin bagi pelancong yang tidak mengonsumsi singkong sebagai makanan pokok akan terasa aneh. Namun setelah dicicipi singkong tawar itu terasa pas dengan kuah dan daging lembu. Jika tidak suka singkong jangan khawatir, rumah makan biasanya menyediakan nasi sebagai pilihan
Diposting oleh Barra Faisal di 22.19 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Nama Japhet Tanganga Melejit dalam Laga Tottenham vs Liverpool

Andika Pratama, Jurnalis · Minggu 12 Januari 2020 03:35 WIB
https: img.okeinfo.net content 2020 01 12 45 2151916 nama-japhet-tanganga-melejit-dalam-laga-tottenham-vs-liverpool-AIHcRqEMgJ.jpg 
LONDON – Tottenham Hotspur harus mengakui ketangguhan Liverpool pada laga lanjutan Liga Inggris 2019-2020. Tim asuhan Jose Mourinho itu kalah tipis 0-1 dari Liverpool di Tottenham Stadium, Minggu (12/1/2020), dini hari WIB. Meski kalah tetapi ada satu pemain Tottenham yang mencuri perhatian karena penampilannya.
Pemain yang dimaksud adalah Japhet Tanganga yang berposisi sebagai bek kanan. Pertandingan kontra Liverpool adalah laga debut Tanganga di Liga Inggris tetapi ia mampu tampil apik. Saat pertandingan baru berjalan dua menit, Tanganga bahkan langsung melakukan penyelamatan penting.


Japhet Tanganga (Foto: Premier League)















Saat itu, Liverpool melancarkan serangan balik melalui Roberto Firmino dan pemain berpaspor Brasil tersebut telah mengecoh satu pemain Tottenham sehingga siap untuk menembak. Tembakan pertama Firmino bisa diblok tetapi bola kembali ke kakinya sehingga ia melepaskan sepakan lagi.
Bola hasil sepakan Firmino dihadang Tanganga tepat di depan gawang Tottenham. Kemudian bola jatuh ke kaki Alex Oxlade-Chamberlain yang melepaskan sepakan tetapi bola justru mengenai tiang gawang. Andai tidak ada blok dari Tanganga maka Tottenham sudah tertinggal saat pertandingan baru berjalan dua menit.
Diposting oleh Barra Faisal di 22.07 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Perempuan Ini Jual Suaminya yang Kepergok Selingkuh Seharga Rp230 Ribu

Rahman Asmardika, Jurnalis · Senin 13 Januari 2020 07:01 WIB
    https: img-o.okeinfo.net content 2020 01 11 18 2151825 perempuan-ini-jual-suaminya-yang-kepergok-selingkuh-seharga-rp230-ribu-DP5kVaJlH1.jpg 
    SEORANG perempuan di Kenya baru-baru ini menjadi berita utama internasional setelah diduga menjual suaminya kepada wanita yang ia selingkuhi hanya dengan harga 1.700 shilling (sekira Rp230.000). Uang itu kemudian dia gunakan untuk membeli baju anak-anaknya.
    Setelah memergoki suaminya dengan perempuan lain di ranjang mereka, Edna Mukwana mengusir pria itu dari rumah dan melarangnya kembali selama sepekan. Dia kemudian menawarkan untuk menjual pria kepada selingkuhannya sebesar 2.000 shilling Kenya.
    Tidak jelas apakah dia benar-benar mengharapkan untuk mendapat balasan dari kekasih gelap suaminya, tetapi saat mendapat tawaran balik sesuai harga yang dia minta, Mukwana memutuskan untuk mengambilnya. Dia menggunakan uang itu membeli baju anak-anaknya untuk tahun baru.
    "Saya memberi tahu wanita yang telah menyesatkan dia untuk mengirimi saya 2.000 shilling (sekira Rp270.000) tetapi dia mengirimi saya 1.700 shilling (sekira Rp230.000) sebagai gantinya," kata Mukwana sebagaimana dilansir Oddity Central. "Saya telah menggunakan semua uang itu untuk membeli pakaian tahun baru untuk anak-anak saya."
    Ditanya apakah ada kemungkinan dia mengambil kembali suaminya, Mukwana mengatakan bahwa kemungkinan itu sama sekali tidak ada. Dia mengatakan tidak ingin memulai tahun baru dengan gangguan dari 2019.
    Diposting oleh Barra Faisal di 21.57 Tidak ada komentar:
    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

    Viral, Pemuda Nekat Berdiri dan Menyetir Mobil Mewah Pakai Kaki

    Viral, Pemuda Nekat Berdiri dan Menyetir Mobil Mewah Pakai Kaki


    Kecelakaan Lalu Lintas dan Kecelakaan Mobil
    Ilustrasi Foto Kecelakaan Mobil (iStockphoto)
     Peraturan lalu lintas wajib diperhatikan pengendara agat terhindar dari kecelakaan. Meski bertaruh nyawa, tak sedikit pengendara nekat melakukan aksi berbahaya saat mengemudikan mobil yang bisa mencelakakan dirinya dan pengguna jalan lain.
    Hal tersebut juga dilakukan seorang pengendara mobil yang viral di media sosial beberapa waktu belakangan ini. Seperti dilansir akun Instagram @fakta.indo, terlihat rekaman video memperlihatkan seorang pengendara menyetir mobil dengan menggunakan kaki. Dari logo lingkar kemudi, diduga mobil tersebut bermerek Lexus.

    Berdiri menembus sunroof, pemuda yang tak diketahui identitasnya tersebut terlihat santai mengemudikan mobil dengan menggunakan kaki.
    Bila penumpang depan sigap merekam video, terlihat dua orang di bagian belakang fokus bermain ponsel dan tak merasa terganggu dengan aksi yang dilakukan.
    Mendapat perhatian, aksi yang dilakukan tentu sangat berbahaya karena bukan tidak mungkin pengemudi secara tiba-tiba kehilangan kendali dan menabrak pengguna jalan lainnya.
    "Pengemudi mobil ini melakukan aksi berbahaya menyetir mobil dengan menggunakan kaki, mengesampingkan keselamatan diri sendiri, penumpang dan pengguna jalan lainnya," tulis keterangan video.
    Diposting oleh Barra Faisal di 21.45 Tidak ada komentar:
    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

    Sejarah Atheis

    Sejarah Terbentuknya Atheis (tdk percaya tuhan)

    Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme.Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.

    Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia.[7] Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).

    Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.

    Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius).

    Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme,] rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.

    Pelopor Atheis

    Sejarah Terbentuknya Atheis (tdk percaya tuhan)

    Penulis Perancis abad ke-18, Baron d'Holbach adalah salah seorang pertama yang menyebut dirinya ateis. Dalam buku The System of Nature (1770), ia melukiskan jagad raya dalam pengertian materialisme filsafat, determinisme yang sempit, dan ateisme. Buku ini dan bukunya Common Sense (1772) dikutuk oleh Parlemen Paris, dan salinan-salinannya dibakar di depan umum.

    Ateisme, agama, dan moralitas

    Sejarah Terbentuknya Atheis (tdk percaya tuhan)

    Karena ketiadaan Tuhan pencipta, Agama Buddha umumnya dideskripsikan sebagai nonteis.
    Walaupun orang yang mengaku sebagai ateis biasanya diasumsikan tak beragama, beberapa sekte agama tertentu pula ada yang menolak keberadaan dewa pencipta yang personal.

    Pada akhir-akhir ini, aliran-aliran keagamaan tertentu juga telah menarik banyak penganut yang secara terbuka ateis, seperti misalnya Yahudi ateis atau Yahudi humanis dan Kristen ateis.

    Dikarenakan artian paling kaku ateisme positif tidak memerlukan kepercayaan spesifik apapun diluar ketidakpercayaan pada dewa/tuhan, ateis dapat memiliki kepercayaan spiritual apapun. Untuk alasan yang sama pula, para ateis dapat berpegang pada berbagai kepercayaan etis, mulai dari universalisme moral humanisme, yang berpandangan bahwa nilai-nilai moral haruslah diterapkan secara konsisten kepada seluruh manusia, sampai dengan nihilisme moral, yang berpendapat bahwa moralitas adalah hal yang tak berarti.

    Walaupun ia merupakan kebenaran filosofis, yang secara ringkas dipaparkan dalam karya Plato dilema Euthyphro bahwa peran tuhan dalam menentukan yang benar dari yang salah adalah tidak diperlukan maupun adalah sewenang-wenang, argumen bahwa moralitas haruslah diturunkan dari Tuhan dan tidak dapat ada tanpa pencipta yang bijak telah menjadi isu-isu yang terus menerus muncul dalam debat politik. Persepsi moral seperti "membunuh adalah salah" dilihat sebagai hukum Tuhan, yang memerlukan pembuat hukum dan hakim.

    Namun, banyak ateis yang berargumen bahwa memperlakukan moralitas secara legalistik adalah analogi salah, dan bahwa moralitas tidak seperlunya memerlukan seorang pencipta hukum sama halnya hukum itu sendiri.

    Filsuf Susan Neiman dan Julian Baggini menegaskan bahwa perilaku etis yang dilakukan hanya karena mandat Yang Di atas bukanlah perlaku etis yang sebenarnya, melainkan hanyalah kepatuhan buta. Baggini berargumen bahwa ateisme merupakan dasar etika yang lebih superior, dan mengklaim bahwa dasar moral di luar perintah agama adalah diperlukan untuk mengevaluasi moralitas perintah itu sendiri.

    Sebagai contoh, perintah "anda haruslah mencuri" adalah amoral bahkan jika suatu agama memerintahkannya, sehingga ateis memiliki keuntungan untuk dapat lebih melakukan evaluasi tersebut daripada umat beragama yang mematuhi perintah agamanya sendiri.

    Filsuf politik kontemporer Britania Martin Cohen menawarkan contoh historis perintah Alkitab yang menganjurkan penyiksaan dan perbudakan sebagai bukti bahwa perintah-perintah religius mengikuti norma-norma sosial dan politik, dan bukannya norma-norma sosial dan politik yang mengikuti perintah religius.

    Namun ia juga mencatat bahwa kecenderungan yang sama jugalah terjadi pada filsuf-filsuf yang tidak memihak dan objektif. Cohen memperluas argumen ini dengan lebih mendetail pada Political Philosophy from Plato to Mao dalam kasus kitab Al-Qur'an yang ia lihat telah memiliki peran yang disesalkan dalam memelihara kode-kode sosial zaman pertengahan di tengah-tengah perubahan masyarakat sekuler.

    Walaupun demikian, para ateis seperti Sam Harris berargumen bahwa kebergantungan agama Barat pada otoritas Yang Di Atas berkontribusi pada otoritarianisme dan dogmatisme. Sebenarnya pula, fundamentalisme agama dan agama ekstrinsik (agama dipeluk karena ia lebih menguntungkan) berkorelasi dengan otoritarianise, dogmatisme, dan prasangka. Argumen ini, bersama dengan kejadian-kejadian historis seperti Perang Salib, Inkuisisi, dan penghukuman tukang sihir, sering digunakan oleh para ateis yang antiagama untuk membenarkan pandangan mereka.

    Penyebaran Atheis


    Adalah sulit untuk menghitung jumlah ateis di dunia. Para responden survei dapat mendefinisikan "ateisme" secara berbeda-beda ataupun menarik garis batas yang berbeda antara ateisme, kepercayaan non-religius, dan kepercayaan religius non-teis dan spiritual.

    Selain itu, masyarakat di beberapa belahan dunia enggan melaporkan dirinya sebagai ateis untuk menghindari stigma sosial, diskriminasi, dan penganiayaan. Survei tahun 2005 yang dipublikasi dalam Encyclopædia Britannica menunjukkan bahwa kelompok non-religius mencapai sekitar 11,9% populasi dunia, dan ateis sekitar 2,3%.

    Jumlah ini tidak termasuk orang-orang yang memeluk agama ateistik, seperti agama Buddha. Survei November-Desember 2006 yang dilakukan di Amerika Serikat dan lima negara Eropa, dan dipublikasi di Financial Times menunjukkan bahwa orang Amerika (73%) cenderung lebih percaya kepada tuhan/dewa atau makhluk tertinggi dalam bentuk apapun daripada orang Eropa.

    Di antara orang dewasa Eropa yang disurvei, orang Italia adalah yang paling banyak percaya (62%) dan orang Perancis adalah yang paling rendah (27%). Di Perancis, 32% mengaku dirinya sebagai ateis, dan 32% lainnya mengaku sebagai agnostik. Survei resmi

    Uni Eropa memberikan hasil-hasil berikut: 18% populasi Uni Eropa tidak percaya pada tuhan; 27% yakin akan keberadaan beberapa "makhluk harus atau roh", manakala 52% percaya pada tuhan-tuhan tertentu. Proporsi orang yang percaya naik menjadi 65% pada orang-orang yang putus sekolah pada usia 15; responden survei yang menganggap dirinya berasal dari latar belakang keluarga yang keras juga lebih cenderung percaya pada tuhan daripada yang merasa dirinya tumbuh di lingkungan tanpa aturan yang keras.

    Sebuah surat yang dipublikasi di Nature pada tahun 1998 melaporkan sebuah survei bahwa kepercayaan pada tuhan personal ataupun kehidupan setelah mati berada dalam posisi terendah di antara para anggota Akademi Sains Nasional Amerika Serikat, hanya 7,0% anggota yang percaya pada tuhan personal, dibandingkan dengan lebih dari 85% masyarakat AS secara umumnya.

    Pada tahun yang sama pula, Frank Sulloway dari Institut Teknologi Massachusetts dan Michael Shermer dari California State University melakukan sebuah kajian yang menemukan bahwa pada sampel survei mereka yang terdiri dari orang dewasa AS yang "dipercayai" (12% Ph.D dan 62% lulusan perguruan tinggi), 64%-nya percaya pada Tuhan, dan terdapat sebuah korelasi yang mengindikasikan menurunnya tingkat kepercayaan seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan.

    Korelasi yang berbanding terbalik antara keimanan dengan kecerdasan juga telah ditemukan pada 39 kajian yang dilakukan antara tahun 1927 sampai dengan tahun 2002, menurut sebuah artikel dalam Majalah Mensa. Penemuan ini secara luas sesuai dengan meta-analisis statistis tahun 1958 yang dilakukan oleh Profesor Michael Argyle dari Universitas Oxford.

    Ia menganalisa tujuh kajian riset yang telah menginvestigasi korelasi antara sikap terhadap agama dengan pengukuran kecerdasan pada pelajar-pelajar sekolah dan perguruan tinggi AS. Walaupun korelasi negatif ditemukan dengan jelas, analisis ini tidak mengidentifikasi sebab musababnya, namun menilai bahwa faktor-faktor seperti latar belakang keluarga yang otoriter dan kelas sosial mungkin memainkan sebagian peran penting.

    Pada sensus pemerintah Australia pada tahun 2006, pada pertanyaan yang menanyakan Apakah agama anda? Dari keseluruhan populasi, 18,7% mencentang kotak tak beragama ataupun menulis sebuah respon yang diklasifikasikan sebagai non-religius (humanisme, agnostik, ateis). Pertanyaan ini bersifat sukarela dan 11,2% tidak menjawab pertanyaan ini.[60] Pada sensus Selandia Baru 2006 yang menanyakan Apakah agama anda?, 34,7% mengindikasikan tidak beragama, 12,2% tidak merespon ataupun keberatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

    Dasar pemikiran Atheis

    Batasan dasar pemikiran ateistik yang paling luas adalah antara ateisme praktis dengan ateisme teoretis. Bentuk-bentuk ateisme teoretis yang berbeda-beda berasal dari argumen filosofis dan dasar pemikiran yang berbeda-beda pula. Sebaliknya, ateisme praktis tidaklah memerlukan argumen yang spesifik dan dapat meliputi pengabaian dan ketidaktahuan akan pemikiran tentang tuhan/dewa.

    Ateisme praktis:

    Dalam ateisme praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apateisme, individu hidup tanpa tuhan dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan tuhan tidaklah disangkal, namun dapat dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna; tuhan tidaklah memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk ateisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah adalah naturalisme metodologis, yaitu pengambilan asumsi naturalisme filosofis dalam metode ilmiah yang tidak diucapkan dengan ataupun tanpa secara penuh menerima atau mempercayainya."

    Ateisme praktis dapat berupa
    * Ketiadaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk tindakan lainnya;
    * Pengesampingan masalah tuhan dan religi secara aktif dari penelusuran intelek dan tindakan praktis;
    * Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permasalahan tuhan dan agama; dan
    * Ketidaktahuan akan konsep tuhan dan dewa.

    Ateisme teoretis

    Ateisme teoretis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan, utamanya secara ontologis, gnoseologis, dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis.

    Argumen

    Argumen epistemologis dan ontologis :

    Ateisme epistemologis berargumen bahwa orang tidak dapat mengetahui Tuhan ataupun menentukan keberadaan Tuhan. Dasar epistemologis ateisme adalah agnostisisme. Dalam filosofi imanensi, ketuhanan tidak dapat dipisahkan dari dunia itu sendiri, termasuk pula pikiran seseorang, dan kesadaran tiap-tiap orang terkunci pada subjek.

    Menurut bentuk agnostisisme ini, keterbatasan pada perspektif ini menghalangi kesimpulan objektif apapun mengenai kepercayaan pada tuhan dan keberadaannya. Agnostisisme rasionalistik Kant dan Pencerahan hanya menerima ilmu yang dideduksi dari rasionalitas manusia.

    Bentuk ateisme ini memiliki posisi bahwa tuhan tidak dapat dilihat sebagai suatu materi secara prinsipnya, sehingga tidak dapat diketahui apakah ia ada atau tidak. Skeptisisme, yang didasarkan pada pemikiran Hume, menegaskan bahwa kepastian akan segala sesuatunya adalah tidak mungkin, sehingga seseorang tidak akan pernah mengetahui keberadaan tentang Tuhan. Alokasi agnostisisme terhadap ateisme adalah dipertentangkan; ia juga dapat dianggap sebagai pandangan dunia dasar yang independen.

    Argumen lainnya yang mendukung ateisme yang dapat diklasifikasikan sebagai epistemologis ataupun ontologis meliputi positivisme logis dan ignostisisme, yang menegaskan ketidakberartian ataupun ketidakterpahaman istilah-istilah dasar seperti "Tuhan" dan pernyataan seperti "Tuhan adalah mahakuasa." Nonkognitivisme teologis memiliki posisi bahwa pernyataan "Tuhan ada" bukanlah suatu dalil, namun adalah omong kosong ataupun secara kognitif tidak berarti.

    Argumen metafisika

    Ateisme metafisik didasarkan pada monisme metafisika, yakni pandangan bahwa realitas adalah homogen dan tidak dapat dibagi. Ateis metafisik absolut termasuk ke dalam beberapa bentuk fisikalisme, sehingga secara eksplisit menolak keberadaan makhluk-makhluk halus. Ateis metafisik relatif menolak secara implisit konsep-konsep ketuhanan tertentu didasarkan pada ketidakkongruenan antara filosofi dasar mereka dengan sifat-sifat yang biasanya ditujukan kepada tuhan, misalnya transendensi, sifat-sifat personal, dan keesaan tuhan. Contoh-contoh ateisme metafisik relatif meliputi panteisme, panenteisme, dan deisme.

    Argumen psikologis, sosiologis, dan ekonomi

    Para filsuf seperti Ludwig Feuerbach dan Sigmund Freud berargumen bahwa Tuhan dan kepercayaan keagamaan lainnya hanyalah ciptaan manusia, yang diciptakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan psikologis dan emosi manusia.

    Hal ini juga merupakan pandangan banyak Buddhis.[43] Karl Marx dan Friedrich Engels, dipengaruhi oleh karya Feuerbach, berargumen bahwa kepercayaan pada Tuhan dan agama adalah fungsi sosial, yang digunakan oleh penguasa untuk menekan kelas pekerja.

    Menurut Mikhail Bakunin, "pemikiran akan Tuhan mengimplikasikan turunnya derajat akal manusia dan keadilan; ia merupakan negasi kebebasan manusia yang paling tegas, dan seperlunya akan berakhir pada perbudakan umat manusia, dalam teori dan prakteknya." Ia membalikkan aforisme Voltaire yang terkenal yang berbunyi jika "Tuhan tidak ada, maka adalah perlu untuk menciptakanNya", dengan menulis: "Jika Tuhan benar-benar ada, maka adalah perlu untuk menghapusnya."

    Argumen logis dan berdasarkan bukti

    Ateisme logis memiliki posisi bahwa berbagai konsep ketuhanan, seperti tuhan personal dalam kekristenan, dianggap secara logis tidak konsisten. Para ateis ini memberikan argumen deduktif yang menentang keberadaan Tuhan, yang menegaskan ketidakcocokan antara sifat-sifat tertentu Tuhan, misalnya kesempurnaan, status pencipta, kekekalan, kemahakuasaan, kemahatahuan, kemahabelaskasihan, transendensi, kemahaadilan, dan kemahapengampunan Tuhan.

    Ateis teodisi percaya bahwa dunia ini tidak dapat dicocokkan dengan sifat-sifat yang terdapat pada Tuhan dan dewa-dewi sebagaimana yang diberikan oleh para teolog. Mereka berargumen bahwa kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kemahabelaskasihan Tuhan tidaklah cocok dengan dunia yang penuh dengan kejahatan dan penderitaan, dan welas kasih tuhan/dewa adalah tidak dapat dilihat oleh banyak orang. Argumen yang sama juga diberikan oleh Siddhartha Gautama, pendiri Agama Buddha.

    Argumen antroposentris:

    Ateisme aksiologis atau konstruktif menolak keberadaan tuhan, dan sebaliknya menerima keberadaan "kemutlakan yang lebih tinggi" seperti kemanusiaan. Ateisme dalam bentuk ini menganggap kemanusiaan sebagai sumber mutlak etika dan nilai-nilai, dan mengizinkan individu untuk menyelesaikan permasalahan moral tanpa bergantung pada Tuhan. Marx, Nietzsche, Freud, dan Sartre semuanya menggunakan argumen ini untuk menyebarkan pesar-pesan kebebasan, Übermensch, dan kebahagiaan tanpa kekangan.

    Salah satu kritik yang paling umum terhadap ateisme adalah bahwa menolak keberadaan Tuhan akan membawa pada relativisme moral, menyebabkan seseorang tidak bermoral ataupun tidak memiliki dasar etika, atau membuat hidup tidak berarti dan menyedihkan. Blaise Pascal memaparkan argumen ini pada tahun 1669.
    Diposting oleh Barra Faisal di 21.33 Tidak ada komentar:
    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
    Postingan Lama Beranda
    Langganan: Komentar (Atom)

    Statistik

    Video

    Calendar Widget by CalendarLabs

    Mengenai Saya

    Barra Faisal
    Lihat profil lengkapku

    Arsip Blog

    • ▼  2020 (16)
      • ▼  Januari (16)
        • Berbagai Kuliner Sate
        • Kuliner Nasi Goreng
        • Kaledo, Kuliner Nan Menggoda Khas Kota Palu
        • Nama Japhet Tanganga Melejit dalam Laga Tottenham ...
        • Perempuan Ini Jual Suaminya yang Kepergok Selingku...
        • Viral, Pemuda Nekat Berdiri dan Menyetir Mobil Mew...
        • Sejarah Atheis
        • Sejarah Perkembangan Agama Terbesar di Indonesia
        • Perkembangan Teknologi Komunikasi
        • Perkembangan Teknologi Transportasi
        • Apa Itu Gaya Hidup Modern??
        • 7 Gaya Hidup Orang Jepang yang Wajib Ditiru Untuk ...
        • Gaya Hidup Orang Jepang
        • Style Smart Casual
        • Gaya Hidup Sehat
        • Profile
    • ►  2019 (12)
      • ►  Desember (12)
    Copyright © Faisalbarra.net. Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh simonox. Diberdayakan oleh Blogger.